Jakarta, — Setelah menjalani serangkaian revitalisasi ekstensif selama satu tahun, Indonesian Heritage Agency (IHA) mengumumkan bahwa Museum Nasional Indonesia (MNI) akan kembali dibuka untuk masyarakat pada Selasa, 15 Oktober 2024. Pembukaan ini menandai awal baru bagi tata kelola museum di Indonesia. MNI yang kini hadir dengan fasilitas yang telah diperbarui, pameran interaktif, dan pengalaman edukatif yang lebih mendalam agar museum menjadi sumber pengetahuan dan inspirasi yang menyenangkan.
Pembukaan Kembali MNI diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusiadan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, pada Kamis (10/10). Selepas peresmian pembukaan, Menko PMK, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, bersama sejumlah unsur pemerintah dan tokoh masyarakat melakukan tur museum untuk mendapatkan pengalaman langsung dari transformasi tata pamer baru MNI.
Dimulai dari ruang ImmersifA, ruangan imersif audio visual dari segala arah ini memberikan pengalaman seperti lukisan gua di era modern. Media baru yang menjadi wahana reimajinasi bagi pengunjung, di mana mereka dibawa menjelajahi budaya Indonesia lintas waktu melalui tutur yang inovatif. Selanjutnya, pada ruangan Masa Depan Museum Nasional Indonesia, wajah baru Museum Nasional Indonesia akan secara bertahap terungkap. Upaya ini memperkokoh peran MNI sebagai sumber pengetahuan tentang wawasan prasejarah, perjalanan intelektual dan spiritual Nusantara, hingga perjuangan heroik menuju kemerdekaan.
Kemudian rombongan dibawa menelusuri ruang Paras Nusantara yang memancarkan identitas nasional, sekaligus menyoroti masyarakat Indonesia yang majemuk dengan 78 lukisan suku-suku bangsa karya Pirngadie pada tahun 1930 yang selesai direstorasi Museum Nasional Indonesia pada tahun 2018.
Terakhir, pada ruang Pameran Repatriasi akan menampilkan 300 koleksi pilihan hasil repatriasi dari Kerajaan Belanda sejak 1978 hingga 2023. Repatriasi peninggalan leluhur Nusantara secara gencar dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai salah satu program prioritas Direktorat Jenderal Kebudayaan. 760 benda bersejarah berhasil dipulangkan dalam kurun waktu dua tahun saja (2023-2024). Koleksi yang dipamerkan di antaranya koleksi Pangeran Diponegoro, koleksi seni rupa Pita Maha (gerakan seni lukis di Bali pada 1930-an), arca-arca masa Singasari, koleksi Museum Nusantara, koleksi keris Klungkung, dan koleksi pusaka Kerajaan Lombok.
“Bersamaan dengan dibukanya kembali museum bersejarah ini, kami turut menyelenggarakan Pameran Repatriasi 2024 yang mengangkat tema “Kembalinya Warisan Budaya dan Pengetahuan Nusantara”. Pemulangan benda-benda bersejarah ke pangkuan Ibu Pertiwi adalah satu langkah penting dalam upaya pemajuan kebudayaan,” jelas Mendikbudristek.
Konsep Reimajinasi Museum Nasional Indonesia ini merupakan pendekatan dan upaya inovatif untuk mentransformasi cara pengunjung melihat dan berinteraksi dengan museum. Tata pamer MNI akan berubah, di mana narasi setiap gedungnya akan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan publik. Hal ini menjadikan museum dapat bergerak dengan dinamis, agar tetap relevan untuk menjadi pusat edukasi dan rekreasi publik, khususnya generasi muda.
“IHA berkomitmen pada transformasi narasi yang mendalam. Dengan upaya reimajinasi yang telah dan akan terus berjalan hingga tiga tahun mendatang, diharapkan nantinya Museum Nasional Indonesia dapat menjadi percontohan terkait standar pengelolaan dan pemanfaatan koleksi museum bertaraf internasional, serta mempertegas fungsi museum sebagai ruang publik sekaligus sumber pengetahuan dan inspirasi yang menyenangkan,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Indonesian Heritage Agency, Ahmad Mahendra.
Reimajinasi MNI akan mencakup penelusuran jejak warisan budaya, dari wawasan prasejarah hingga perjuangan heroik bangsa Indonesia menuju kemerdekaan, serta ruang inspirasi untuk masa depan warisan budaya yang berkelanjutan. Ketiga narasi ini akan dibagi menjadi narasi utama setiap gedung MNI, Gedung A bertema “Masa Lalu Penuh Makna”, Gedung B bertema “Marwah Indonesia”, serta Gedung C bertema “Bekal Masa Depan Berkelanjutan”.(Iwan)