Bengkulu, – Puncak acara Festival Kurikulum Merdeka (FKM) 2024 di Plannery Hall Jakarta Convention Center, Jumat (5/7) berlangsung semarak. Kegiatan Gelar Wicara sesi pertama dengan tema “Belajar Lebih Bermakna dan Menyenangkan” menjadi magnet antusiasme pengunjung dan masyarakat yang hadir.
“Puncak acara Festival Kurikulum Merdeka 2024 kali ini kami berupaya menyajikan sejumlah inovasi yang telah dilakukan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk daerah-daerah yang sulit dijangkau,” ujar Pelaksana tugas (Plt.) Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus selaku Ketua Panitia FKM 2024, Aswin Wihdiyanto, dalam sambutan pembukaan sekaligus meluncurkan pameran digital FKM di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (5/7).
Serangkaian kegiatan dalam Festival Kurikulum Merdeka menampilkan suasana semarak nan inspiratif dengan harapan agar pengunjung dapat termotivasi untuk terus menjaga keberlanjutan gerakan Merdeka Belajar yang digagas lewat pemikiran Ki Hadjar Dewantara. “Beragam cerita yang disajikan dapat menguatkan semangat ekosistem untuk semakin yakin dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di Tahun Ajaran Baru 2024/ 2025,” imbuh Aswin.
Dalam pembukaan, Aswin menjelaskan festival ini bertujuan untuk mendorong amplifikasi praktik baik dalam Kurikulum Merdeka. Dengan menyoroti pencapaian-pencapaian peserta didik dan pendidik, serta dampak positif yang dirasakan oleh orang tua, festival ini ingin menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang pentingnya pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan.
“Lebih jauh lagi, Festival Kurikulum Merdeka berfungsi sebagai ajang untuk mempererat kolaborasi antara semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan,” ujarnya.
Dikatakan Aswin, dengan adanya interaksi dan kesempatan untuk berbagi pengalaman antara peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan orang tua melalui acara ini, diharapkan dapat tercipta sinergi yang kuat dalam mendukung proses pembelajaran yang lebih inovatif dan efektif.
“Festival ini juga merupakan bentuk apresiasi terhadap dedikasi dan kerja keras semua pihak yang terlibat dalam menerapkan Kurikulum Merdeka, yang pada akhirnya berkontribusi pada terciptanya ekosistem pendidikan yang lebih baik dan berkelanjutan,” paparnya.
*Sesi Gelar Wicara Jadi Inspirasi dan Refleksi Para Pemangku Kepentingan atas IKM*
Sesi gelar wicara pertama yang menjadi salah satu bagian penting dalam FKM, dirancang sebagai ajang berbagi pengalaman, wawasan, dan inspirasi terkait implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) serta refleksi pembelajaran di tahun ajaran 2023/2024. Narasumber yang hadir mencakup perwakilan dari peserta terpilih Potret Cerita kategori orang tua, peserta didik, guru SD di Jakarta Pusat, seorang content creator penerima beasiswa LPDP S2 di University College London, serta Key Opinion Leader (KOL), yaitu Galih Sulistyaningrat. Sesi pertama dipandu oleh Nucha Bachri dan dikemas lewat penguatan visual untuk memberikan pengalaman yang lebih mendalam kepada audiens melalui karya “Potret Cerita”.
Galih Sulistyaningrat mengatakan, dirinya percaya bahwa pendidikan berkualitas merupakan hak setiap anak apapun latar belakangnya. “Upaya untuk mengubah paradigma pendidikan dapat dilakukan melalui praktik pengajaran yang dilakukan setiap hari,” ujanya.
Pembicara kedua yaitu Stefanus Padeng dari SDI Pelibaler, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Stefanus merupakan peserta terpilih Potret Cerita Kurikulum Merdeka dari Kategori Pendidik dan Tenaga Kependidikan (guru). Ia mengatakan, “Kurikulum Merdeka mendorong guru untuk melakukan pembelajaran terdiferensiasi. Karena sejatinya guru harus melayani murid sesuai dengan kebutuhannya,” ujar Stefanus.
Narasumber ketiga yaitu Sri Mayawati dari SLB Negeri Lahat, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan. Beliau merupakan peserta terpilih Potret Cerita Kurikulum Merdeka dari kategori Orang Tua. Sri mengatakan, “Dengan Kurikulum Merdeka, kolaborasi dan komunikasi antara orang tua dan guru menjadi lebih baik. Guru sangat terbuka dengan orang tua, sehingga orang tua dapat dengan leluasa mengetahui perkembangan anak dan mendiskusikan tantangan yang mereka hadapi.”
Berikutnya, Udzma Naziihati Mahfudzah yang akrab dipanggil Naziiha dari SMAN 1 Kelumpanghilir, Kalimantan Selatan. Udzma adalah peserta terpilih Potret Cerita Kurikulum Merdeka dari kategori Peserta Didik. “Dalam Kurikulum Merdeka, peserta didik didorong untuk aktif dalam pembelajaran. Awalnya malu bila harus bicara di depan kelas. Dengan Kurikulum Merdeka, saya menjadi semakin terbiasa dan kepercayaan diri meningkat karena tugas presentasi membuat kemampuan public speaking saya bertambah baik,” ujar Udzma.
Potret Cerita merupakan sebuah ruang berbagi dan belajar mengenai pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka melalui unggah karya berupa foto dan video tentang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid dan kondisi satuan pendidikan. Dari 40.000 lebih karya yang masuk, ada 46 karya terpilih yang dapat disimak di stan dan walking gallery.(Iwan)