Sanur, – Sejak 2020, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menginisiasi kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk menghadirkan solusi dalam menjembatani kebutuhan antara perguruan tinggi dan industri terkait kompetensi lulusan pendidikan tinggi. Upaya untuk memenuhi kebutuhan industri akan lulusan siap kerja memang masih menjadi salah satu tantangan yang dihadapi institusi pendidikan tinggi di Indonesia. Tantangan inilah yang mendorong Kemendikbudristek untuk mendesain program yang mendorong pemerataan akses bagi mahasiswa untuk belajar di luar kelas serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang relevan bagi kebutuhan profesional. Melalui beragam pilihan aktivitas seperti praktik magang dan studi independen, pertukaran pelajar, wirausaha, dan pilihan proyek lain selama tiga semester, mahasiswa diharapkan semakin teruji dalam melakukan praktik baik yang mendukung pembelajaran di kampus hingga semester akhir.
Staf Khusus Mendikbudristek Bidang Kompetensi dan Manajemen, Pramoda Dei Sudarmo, menjelaskan kepada delegasi peserta Gateways Study Visit 2024 bahwa MBKM merupakan matchmaking yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat berguru langsung kepada praktisi-praktisi terbaik di industri. “Pendekatan ini memberikan percepatan akses mahasiswa pada kemampuan berstandar tinggi (high-standard skills),” ujarnya di Bali, Selasa (1/10).
Hingga saat ini, lebih dari dua juta mahasiswa sudah berpartisipasi pada kesempatan belajar di luar kampus melalui kebijakan Kampus Merdeka sejak 2020. Langkah ini menjadi salah satu solusi untuk memberi pengetahuan berbasis pengalaman dan meningkatkan daya saing bagi lebih dari 9,8 juta mahasiswa Indonesia yang tersebar dalam 32.592 program studi di 4.356 institusi perguruan tinggi.
“Dengan kompleksitas jumlah dan skala tersebut yang didukung dengan platform Kampus Merdeka, pelaksanaan kebijakan ini tidak hanya mencocokkan kebutuhan antara mahasiswa dan industri melainkan juga memungkinkan mahasiswa dapat mendaftar pada program yang diminati secara langsung. Sementara universitas simultan turut memantau kemajuan dan hasil dari para mahasiswa,” jelas Dei.
Tantangan lain pada pendidikan tinggi yang dipaparkan Dei adalah kebutuhan anggaran dan sumber daya riset kampus yang terbatas. Menyikapi hal ini, Kemendikbudristek menggagas Kedaireka.id, platform pertama dan terbesar di Indonesia yang memberikan kesempatan bagi universitas, industri dan pemerintah untuk berkolaborasi dalam menciptakan inovasi-inovasi melalui berbagai riset. Lebih lanjut, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di level pendidikan tinggi, Kemendikbudristek juga memfasilitasi perguruan tinggi ternama dunia untuk membuka kampus di Indonesia, dengan syarat harus berkolaborasi dengan fakultas-fakultas lokal.
Manfaat dari terobosan berbasis teknologi yang dilakukan oleh Kemendikbudristek juga telah memberi hasil nyata bagi mahasiswa. Adhi Setiawan, lulusan program studi Teknik Informatika, Universitas Brawijaya adalah salah satu alumni yang mengikuti program Bangkit. Sebagai bagian dari Kampus Merdeka, pembelajaran mandiri yang berlangsung daring dan bersertifikat ini berfokus pada pengembangan teknologi digital seperti machine learning, mobile development, cloud computing, artificial intelligence, dan cyber security. Sistem ini memungkinkan individu, termasuk penyandang disabilitas seperti Adhi, untuk menyerap pengetahuan tentang industri digital dari para ahli di bidangnya dan menerapkannya ke dunia profesional.
“Semakin hari, pengetahuan saya semakin bertambah. Pengalaman 900 jam belajar machine learning hingga bahasa Inggris membuat saya yang dulunya berkecil hati jadi lebih berani. Tanpa sadar, saya ternyata sudah mengambil langkah maju ke depan. Sekarang, saya berkarier sebagai AI engineer dan bisa bantu berkontribusi (dalam mengoptimalkan ilmu dan keterampilan saya) untuk industri kesehatan nasional,” kata Adhi.
Kisah sukses Adhi hanyalah salah satu praktik baik di mana ia dapat menerapkan pengetahuan dasar yang didapat dari kampus lalu membandingkannya dengan pembelajaran yang didapat dalam program untuk melengkapi pemahaman dan keterampilan yang dimiliki sebelumnya. Melalui proses ini, harapannya lebih banyak dampak positif yang teramplifikasi.
Diskusi dalam sesi Deep Dive 2: “Higher Education Tech Ecosystem: Democratizing Access to Opportunities through Technology” di Gateways Study Visit Indonesia 2024 berlangsung dalam grup, di mana tiap grup diberi waktu untuk membahas perihal tantangan pendidikan yang ada dan saran terbaik berdasarkan studi kasus di negara masing-masing. Penambahan kurikulum mengenai kemampuan wirausaha menjadi salah satu topik usulan yang mencuat dalam diskusi. Langkah ini dinilai dapat mempertajam kemampuan mahasiswa dalam menganalisis situasi sekaligus kemampuan menyelesaikan masalah (problem solving skills).(Iwan)