Bengkulu, – Kenaikan harga daging ayam potong berdampak langsung pada harga makanan olahan, salah satunya Sate Padang. Asep, seorang pedagang Sate Padang di kawasan KZ Abidin Kota Bengkulu penjual Sate Padang Salero Mandeh, mengungkapkan bahwa harga bahan baku yang terus meningkat memaksanya menaikkan harga jual.
“Dulu, sekitar setahun yang lalu, harga satu porsi Sate Padang hanya Rp 10 ribu dengan lima tusuk daging sate. Namun, sekarang harga satu porsi naik menjadi Rp 12 ribu, sementara jumlah tusuknya tetap lima,” jelas Asep, Rabu (20/11/2024).
Menurut Asep, kenaikan harga ini terutama disebabkan oleh melonjaknya harga daging ayam, yang merupakan bahan baku utama. Selain itu, harga bumbu juga mengalami peningkatan, semakin memperberat biaya produksi.
Asep menambahkan, meskipun harga naik, ia tetap berusaha menjaga kualitas rasa dan pelayanan kepada pelanggan. “Kami harus menyesuaikan harga karena bahan baku makin mahal. Kalau tidak, usaha kami bisa rugi. Tapi yang penting pelanggan tetap puas dengan rasa sate kami,” ujarnya.
Kenaikan harga daging ayam potong memang menjadi tantangan bagi para pedagang makanan. Tidak hanya pedagang sate, beberapa penjual makanan lain seperti nasi goreng dan mie ayam juga mengeluhkan hal serupa.
Bagi para konsumen, kenaikan harga makanan ini cukup terasa, terutama bagi mereka yang rutin membeli makanan jadi. Namun, sebagian pelanggan tetap memilih untuk membeli karena menilai kualitas rasa masih sebanding dengan harga yang ditawarkan.
Sementara itu, pedagang berharap harga bahan baku bisa stabil agar mereka tidak terus-menerus membebani konsumen dengan kenaikan harga. “Kami berharap ada solusi dari pemerintah atau pihak terkait untuk menjaga stabilitas harga bahan baku seperti daging ayam dan bumbu dapur,” tutup Asep.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana kenaikan harga bahan pokok berdampak langsung pada sektor usaha kecil, sehingga memengaruhi daya beli masyarakat.(Iwan)