Bengkulu, – Nostalgia Usaha Warung Telekomunikasi (Wartel) sempat memiliki masa kejayaan pada tahun 1995 hingga 2000an. Saat itu, perangkat telekomunikasi belum secanggih sekarang yang bisa dibawa melalui kantong saku celana.
Pada era 1995 hingga 2000an, usaha Warung Telekomunikasi hampir hadir di setiap Kecamatan maupun Kelurahan tempat kita tinggal. Hadirnya Wartel saat itu sangat membantu masyarakat dalam berkomunikasi antar keluarga, teman maupun patner kerja.
Alasannya, di era tahun 1995an hingga 2000an alat komunikasi masyarakat mayoritas hanya telepon rumah dan surat kabar dari kantor pos.
Tarif biaya Wartel saat itu rata rata permenitnya Rp 250 hingga Rp 500. Namun, memasuki tahun 2007an, usaha Wartel mulai mengalami penurunan.
Memasuki Perkembangan tekhnologi di tahun 2007an, hadirnya Handphone saat itu sangat memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi tanpa harus menuju ke tempat usaha Wartel.
Saat itu, Handphone yang hadir secara perlahan di tengah masyarakat mulai membunuh usaha Wartel yang ada di setiap Kelurahan maupun Kecamatan.
Sehingga pada tahun 2010an, usaha Wartel saat itù sudah mulai mati dan tak terdengàr lagi di setiap Kelurahan maupun Kecamatan.
Dampak dari perkembangan Tekhnologi juga menghadirkan sisi positif kepada masyarakat dalam berkomunikasi. Namun, sisi negatif hadirnya handphone juga membunuh pelaku usaha Wartel yang ada di setiap Kelurahan maupun Kecamatan.(Tedi)