Alaku
Alaku

Tolak Kenaikan BBM, Tuntaskan Konflik Agraria Tuntutan Koalisi Bela Petani Bengkulu

Cloud Hosting Indonesia

Koalisi Bela Petani Gelar Aksi Di Bundaran Simpang Lima Ratu Samban

Bengkulu – Massa yang berjumlah puluhan tergabung dalam Koalisi Bela Petani hari ini menggelar aksi simpatik di Bundaran Simpang Lima Ratu Samban Kota Bengkulu. Kegiatan ini adalah bentuk empati terhadap nasib ribuan petani akibat terabaikannya posisi mereka sebagai Penjaga Tatanan Negeri Indonesia (PETANI).

aksi koalisi bela petani di simpang lima, Jumat (23/9)

Wanhuri Meiko selaku Korlap Aksi mengungkapkan aksi ini digelar dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional yang jatuh pada tanggal 24 September esok. “Aksi ini merupakan aksi gabungan dari beberapa elemen yang menyatakan sikap untuk peduli dan bersolidaritas dengan nasib petani hari ini, selain kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ternyata di Bengkulu terdapat permasalahan konflik Agraria yang juga mesti segera di selesaikan oleh pemerintah.” ungkap Meiko, mahasiswa FISIP UNIB di lokasi aksi, Jum’at, (23/9).

“Saat ini, setidaknya 1.879 orang yang tersebar di Provinsi Bengkulu setiap harinya berjuang dan berhadap-hadapan dengan konflik agraria di Bengkulu, dimana dari jumlah tersebut ada 105 orang petani di Bengkulu juga tidak jelas status nya di kepolisian akibat dari perebutan ruang kelola tanah dengan korporasi, apakah negara hari ini hanya membiarkan situasi petani demikian.” jelas Meiko.

“Belum lepas dengan itu, Presiden Ir. Joko Widodo mengumumkan kenaikan harga BBM, kelompok yang juga paling berdampak adalah petani, dimana seluruh bahan pangan naik, akan tetapi nilai jual hasil produksi tidak naik, bahkan dibeli murah.” tambah Meiko.

Sementara itu Dimas Haryadi, mahasiwa UNIB menambahkan, “Potensi Indonesia sebagai negara agraris harus diperuntukkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, seharusnya pemerintah sadar dan peka atas hal itu. Namun petani tragis di negeri agraris, terbukti terjadi di Indonesia dengan berbagai masalah, seperti kesejahteraan petani yang tidak diperhatikan, krisis regenerasi petani, konflik agraria, bahkan soal krisis pangan yang bisa saja terjadi dan masalah kompleks lainnya.” ujar Dhimas.

“Dimana pemerintah dan pemerintah bisa apa? Menjadi pertanyaan awal dalam setiap peringatan Hari Tani Nasional di Indonesia. Harusnya kita bergembira, faktanya banyak luka”, tambah Dimas.

Aksi ini sendiri menyuarakan beberapa tuntutan. Meminta kepada negara untuk tidak melakukan perpanjangan Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan kelapa sawit, tidak mengeluarkan izin HGU baru, menurunkan harga BBM serta adanya kepastian harga hasil pertanian seperti kelapa sawit dan karet.(cw1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *