Seluma, — Harapan baru kebangkitan ekonomi Kabupaten Seluma kembali menguat setelah salah satu tokoh asal Ulu Talo menyatakan dukungan tegas terhadap rencana investasi tambang emas. Berbicara dalam forum dialog bersama Pemerintah Daerah Seluma, ia menegaskan bahwa pandangan tersebut bukan sikap pribadi, melainkan mewakili 14 desa penyangga yang hadir dalam pertemuan itu.
“Saya lahir di Desa Pagar Banyu, Ulu Talo, 8 Juli 1974. Saya Ketua KNPI pertama di Seluma dan salah satu peletak gerakan pemuda di daerah ini,” ujarnya membuka sambutan, menegaskan posisi moralnya di hadapan forum. Kini dirinya berprofesi sebagai advokat, dan karena itu merasa memiliki tanggung jawab hukum serta sosial untuk memastikan suara desa penyangga turut diperhitungkan.
“Kami tidak pernah menolak investasi. Justru kami wajib mendukung jika investasi itu membawa manfaat nyata bagi masyarakat,” tegasnya. Ia menyebut Seluma masih berada dalam kategori daerah tertinggal: sinyal komunikasi yang lemah, jalan desa yang rusak, serta rendahnya akses pelayanan dasar. “Saya sudah keliling Indonesia, kondisi seperti di sini sudah sangat jarang ditemukan. Kalau investasi ini dijalankan dengan benar, Seluma bisa lepas dari predikat termiskin,” lanjutnya optimistis.
Ia juga menyinggung status wilayah Bukit Sanggul yang menjadi lokasi rencana tambang sebagai tanah warisan leluhur empat puyang besar. Namun demikian, ia menegaskan masyarakat tetap tunduk pada jalur hukum.
“Ini negara hukum. Sebelum eksplorasi dimulai, harus ada komitmen tertulis antara pemerintah, perusahaan, dan 14 desa penyangga,” katanya. Ia mendorong Bupati Seluma segera membentuk tim perumus untuk menetapkan kesepakatan resmi yang disahkan Pemda dan DPR, agar hak masyarakat terlindungi secara legal.
Terkait isu saham yang selama ini digulirkan Pemerintah Provinsi Bengkulu, ia menilai tidak memiliki dasar hukum yang kuat. “Yang kami ingin pastikan adalah kebermanfaatan riil bagi warga Ulu Talo dan Ulu Alas,” tutupnya, sembari menyerukan agar Seluma menyambut investasi bukan dengan curiga, melainkan dengan kesiapan dan perjanjian yang kokoh. (Iwan)
