Bengkulu, — Bayangkan menerima gaji setara Rp18 miliar per tahun, namun harus hidup sendirian di tengah samudra, jauh dari daratan, tanpa interaksi manusia, dan hanya ditemani suara badai. Tawaran gaji fantastis itu datang dari sebuah pekerjaan ekstrem: menjadi penjaga menara laut Texencil di Prancis. Meski terdengar menggiurkan dari sisi finansial, posisi ini nyatanya tetap minim peminat.
Menara Texencil berdiri di lokasi terpencil yang setiap hari diterjang gelombang besar dan cuaca tak menentu. Akses menuju lokasi pun amat sulit, hanya dapat ditempuh dengan kapal khusus pada cuaca tertentu. Seorang penjaga yang ditempatkan di sana harus siap hidup dalam kesunyian total, jauh dari keluarga, serta menghadapi risiko alam tanpa bantuan cepat dari dunia luar.
Pada masa lalu, menara penjaga laut memiliki peran vital sebagai pemandu navigasi agar kapal tidak menabrak karang atau tebing pantai. Teknologi modern memang telah mengambil sebagian besar fungsinya, namun beberapa menara tetap dioperasikan sebagai lapis terakhir keselamatan jalur pelayaran.
Namun realitas hidup dalam isolasi ekstrem menjadi pertimbangan terbesar para calon pelamar. Bukan sekadar bekerja sendirian, tetapi juga bertahan secara mental di lingkungan yang gelap pada malam hari, dikepung angin kencang, serta minim hiburan dan komunikasi.
Para analis ketenagakerjaan menyebut pekerjaan ini sebagai contoh nyata bahwa tidak semua orang rela menukar kesehatan mental, kehidupan sosial, dan rasa aman dengan angka gaji besar. Meski dibayar miliaran, tekanan psikologis dan potensi bahaya membuat profesi ini hanya cocok untuk segelintir orang dengan ketahanan mental luar biasa.(Net)
—














