Tanjungpinang, – Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Sultan Bachtiar Najamudin, menyebut Pulau Penyengat di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), sebagai simbol penting dalam perjalanan sejarah dan budaya Melayu yang berkontribusi besar terhadap terbentuknya identitas kebangsaan Indonesia.
Menurut Sultan, Pulau Penyengat bukan hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga menjadi pusat lahirnya pemikiran-pemikiran besar para tokoh bangsa. Ia menekankan bahwa dari pulau inilah bahasa Melayu berkembang dan menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.
“Dari tempat ini kita belajar bahwa kemajuan bangsa harus bertumpu pada akar budaya dan peradaban lokal,” ujar Sultan usai kunjungan ke Pulau Penyengat, Senin (9/6).
Sultan juga menegaskan komitmen DPD RI dalam mendorong kebijakan nasional yang berpihak pada pelestarian situs-situs sejarah. Ia menyatakan akan memperjuangkan agar kawasan bersejarah seperti Pulau Penyengat mendapatkan perhatian serius, baik dari sisi kebijakan maupun anggaran.
“Kami ingin memastikan warisan sejarah bangsa terus hidup dan menjadi sumber inspirasi generasi mendatang,” tegasnya.
Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, menyambut baik kunjungan tersebut. Ia menilai kehadiran pimpinan DPD RI merupakan bentuk nyata dukungan terhadap pelestarian budaya Melayu, yang telah menjadi identitas utama masyarakat Kepri.
“Kunjungan ini membangkitkan semangat kami untuk terus menjaga dan mempromosikan warisan sejarah yang kami miliki. Apalagi, tiga tokoh besar yang dimakamkan di sini telah diakui sebagai Pahlawan Nasional,” kata Ansar.
Dalam kunjungan tersebut, Sultan bersama Wakil Ketua DPD RI Tamsil Linrung dan Gubernur Ansar Ahmad melaksanakan shalat di Masjid Raya Sultan Riau Penyengat. Setelah itu, rombongan menziarahi makam Pahlawan Nasional Raja Haji Fisabilillah, Engku Puteri Raja Hamidah, serta Raja Ali Haji—tokoh pencipta Gurindam Dua Belas.
Kunjungan ini menjadi momentum penting dalam mengangkat kembali nilai-nilai sejarah, spiritualitas, dan intelektual budaya Melayu yang lahir dari Pulau Penyengat.(Iwan)