Alaku
Alaku
Alaku
Daerah  

Senator Leni John Latief: Pilih Kepala Daerah yang Mampu Memperjuangkan Hak Masyarakat

Cloud Hosting Indonesia

Kepahiang, – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Leni Haryati John Latief ikut serta mendukung pengembangan pelestarian budaya dan kearifan lokal.

Hal ini tampak dari keikutsertaannya dalam pelatihan membatik yang digelar rumah batik IKM Umeak Kain Diwo Yayasan Az Zahra Kepahiang, beberapa waktu yang lalu.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Hj Leni Haryati John Latief mengenai acara ini mengatakan, batik Diwo Kepahiang merupakan simbol kearifan lokal daerah yang perlu dijaga, dilestarikan dan dikawal agar dapat terus berkembang.

“Aneka motifnya bagus, menarik dan mempesona apalagi semua mengandung doa serta harapan yang besar untuk kemajuan masyarakat Kepahiang,” kata Hj Leni Haryati John Latief.

Lulusan Magister Administrasi Publik Universitas Bengkulu menyatakan komitmen siap untuk mengangkat dan memarkan batik Diwo Kepahiang ke Senayan hingga ke mancanegara.

“Batik Diwo Kepahiang ini akan jadi oleh-oleh paling baik untuk cendera mata saat kunjungan ke provinsi-provinsi lain ataupun kunjungan kenegaraan ke luar negeri,” ujar Hj Leni Haryati John Latief.

Pegiat Batik Diwo, Helmiyesi, menyampaikan rasa syukur atas kesediaan Senator Republik Indonsia asal Provinsi Bengkulu Hj Leni Haryati John Latief yang telah mendukung para pengrajin dengan mengenakan batik Diwo dan membeli hasil karya mereka.

“Terimakasih kepada mama Leni sudah mendukung para pengrajin dengan mengenakan batik dan membeli hasil karya mereka,” kata Umi Yesi, sapaan akrabnya.

Sebagai informasi, batik Diwo ini dirintis mantan Bupati Kepahiang Bando Amin sejak tahun 2008 hingga 2015 silam. Saat itu batik ini menjadi ciri khas dan pakaian wajib bagi ASN dan pelajar di Kepahiang.

Namun setelah pergantian pemimpin, batik Diwo seolah terlupakan atau mati suri. Mirisnya, pakaian seragam pelajar Kepahiang saat ini adalah batik dari pulau Jawa.

Prihatin dengan kondisi pengrajin batik Diwo yang kehilangan mata pencaharian, maka tahun 2018/2019, Umi Yesi dan kawan-kawan menghidupkan kembali batik Diwo dengan cara memberikan edukasi dan membentuk IKM/UMKM baru di desa-desa binaan.

Saat ini Yayasan Az Zahra Kepahiang menaungi 8 UMKM dari 15 UMKM yang ada di Kabupaten Kepahiang.

Selama enam tahun, Umi Yesi dan kawan-kawan berjuang untuk menghidupkan kembali batik Diwo. Ada 80-100 pengrajin yang sudah dilatih hingga akhirnya orderan batik Diwo kembali meningkat.

Salah satu faktor pendukung ketertarikan masyarakat untuk beli karena Senator Leni Haryati dan keluarga besar John Latief mau membeli dan memakai batik ini.

Selain memberikan edukasi tentang batik Diwo Kepahiang, Senator Leni John Latief juga membuka sesi dialog kepada peserta pelatihan.

Salah satu curhatan yang menarik datang dari Ketua Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA). Beliau sangat prihatin dengan kompetensi guru karena masih banyak tamatan SMA.

“Kesejahteraan pendidik yang masih dibawah standar, dan usulan agar penerimaan siswa baru mengunakan sistem rayon seperti dahulu,” sampainya.

Menanggapi curhatan, saran, dan masukan tersebut, Hj Leni Haryati John Latief mengatakan bahwa kompetensi, kesejahteraan, dan sistem rayon merupakan kebijakan yang dapat diambil oleh Kepala daerah.

“Oleh karena itu penting memilih kepala daerah yang mau dan mampu memperjuangkan hak masyarakat yang dipimpinnya,” tukas Hj Leni Haryati John Latief.

Terakhir Hj Leni Haryati berpesan kepada masyarakat Kepahiang untuk memiliki batik Diwo ini.

“Minimal punya 1 kain,” tutup Hj Leni Haryati John Latief.

Kegiatan ini berlangsung meriah dan penuh semangat.(Iwan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *