Bengkulu – Sebagai tenaga pendidik, wajib hukumnya memahami kompetensi peserta didik sebelum mengawali pembelajaran guna memudahkan penentuan metode ajar yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Untuk itu, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menyelenggarakan webinar Sapa GTK episode ke-6, Jumat (1/7), yang mengangkat tema “Ciptakan Pembelajaran Bermakna dan Berkualitas Melalui Asesmen Awal dan Pembelajaran Terdiferensiasi”.
Tema ini mengupas langkah-langkah asesmen awal pembelajaran dan pembelajaran terdiferensiasi agar tenaga pendidik memiliki informasi awal dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara tepat. Pada prinsipnya, sekolah diberi kebebasan dalam memilih dan menerapkan kurikulum di sekolah. Untuk memudahkan hal ini, Direktur Jenderal (Dirjen) GTK, Iwan Syahril mengatakan bahwa Kemendikbudristek telah menyiapkan angket untuk membantu satuan pendidikan menilai tahap kesiapan dirinya sebelum menggunakan Kurikulum Merdeka.
“Terdapat tiga pilihan jalur sesuai dengan kondisi dan situasi setiap satuan pendidikan. Jalur pertama, yaitu Mandiri Belajar. Pilihan Mandiri Belajar memberikan kebebasan kepada satuan pendidikan saat menerapkan Kurikulum Merdeka pada beberapa bagian sesuai dengan prinsip Kurikulum Merdeka, tanpa mengganti kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7 dan 10,” terang Iwan.
Selanjutnya Iwan menjelaskan jalur kedua yang dapat dipilih adalah Mandiri Berubah. Pilihan ini memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan saat menerapkan Kurikulum Merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7 dan 10. Sedangkan jalur ketiga adalah Mandiri Berbagi di mana satuan pendidikan diberikan keleluasaan menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, 4, 7 dan 10.
Dirjen Iwan mengungkapkan terdapat dua tahapan penting yang harus dilakukan sebelum para guru mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dalam pembelajaran di kelas. Pertama yaitu penerapan asesmen awal pembelajaran dan pembelajaran terdiferensiasi. Dengan melakukan asesmen di awal pembelajaran, guru dapat mengumpulkan dan mengolah informasi untuk kemudian mengelompokkan para siswa berdasarkan tingkat capaian dan kemampuan yang serupa.
“Setelah mengetahui data dan kondisi para murid, guru dapat memberikan intervensi pengajaran dan beragam aktivitas pembelajaran sesuai dengan level pembelajaran tersebut, bukan hanya melihat dari usia dan kelasnya. Guru mengajarkan kemampuan dasar yang perlu dimiliki peserta didik dan menelusuri kemajuannya,” kata Iwan memberi penekanan.
Indriyati Herutami, Academic Manager di Sekolah Bina Cita Utama, Palangkaraya, yang merupakan salah satu pembicara dalam webinar tersebut menjelaskan bahwa pada dasarnya asesmen merupakan bagian terpadu dalam proses pembelajaran. Asesmen, menurut Indriyati, merupakan fasilitasi pembelajaran dan penyediaan informasi secara holistik, sebagai umpan balik pada peserta didik dan orang tua, agar dapat memandu mereka dalam menentukan strategi pembelajaran selanjutnya.
“Asesmen dirancang sesuai dan dilakukan sesuai dengan fungsi asesmen tersebut, dengan keleluasaan untuk menentukan teknik dan waktu pelaksanaan asesmen agar efektif mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu asesmen harus dirancang secara adil, proporsional, valid, dan dapat dipercaya (reliable) untuk menjelaskan kemajuan belajar, menentukan keputusan tentang langkah dan sebagai dasar untuk menyusun program pembelajaran yang sesuai,” terang Indriyati.
Indriyati yang juga merupakan konsultan Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) tersebut menjelaskan bahwa proses merancang pembelajaran dan asesmen adalah satu kegiatan saling berkaitan, terpadu, dan tidak terpisah. Pada saat merancang pembelajaran, guru juga harus memperkirakan bentuk asesmennya.
Berikutnya, pembicara lain yaitu Oscarina Dewi menjelaskan mengenai pembelajaran berdiferensiasi. Ia mengungkap bahwa banyak orang berpikir menerapkan suatu metode pembelajaran bukanlah hal yang mudah karena harus membuat perencanaan dan kegiatan pembelajaran yang berbeda-beda untuk semua peserta didik di kelas.
“Menerapkan pembelajaran terdiferensiasi tidak sesusah yang dibayangkan, pada dasarnya guru-guru sudah mengimplementasikannya, tapi mungkin belum menyadarinya,” kata Oscarina dari Indonesian Primary Principal Global Jaya School, Tangerang Selatan.
Pembelajaran terdiferensiasi, terang Oscarina, membuat para guru fokus pada siswa-siswanya. Oleh karena itu, guru harus membuat keputusan yang masuk akal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Seorang guru menurutnya, harus paham apa yang harus dia capai. Guru juga harus melihat kecenderungan murid seperti apa, harus merespons kebutuhan belajar, dan harus memperkirakan seberapa siap murid saat menerima pembelajaran tertentu.
“Guru harus memastikan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid. Tidak terlalu sulit dan juga tidak terlalu mudah,” terang Oscarina sembari menegaskan bahwa seorang guru juga harus dapat mempersiapkan manajemen pembelajaran efektif di dalam kelas.(09)