Berpotensi Jadi Kawasan Agro Wisata, Tapi Terkendala Air Irigasi
Bengkulu – Dibalik rencana Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Bengkulu yang akan menata kawasan Danau Dendam Tak Sudah (DDTS) setelah penurunan alih status dari Cagar Alam (CA) menjadi Kawasan Taman Wisata Alam (TWA). Dari petani Dusun Besar Kota Bengkulu Hendri Yulkan atau akrab dipanggil Heri menyampaikan bahwa ada ratusan hektar sawah milik petani yang pengairannya tergantung oleh Air DDTS terancam gagal tumbuh padinya dan kawasan pertanian tersebut lambat laun akan mati secara perlahan, “Jadi inti dari persoalan petani disini, adalah irigasi air yang sejak alih status debit air di DDTS tidak lagi mampu mengairi kawasan persawahan dimana ada sekitar 250 hektar areal persawahan mulai dari Dusun Besar, Panorama, hingga Semarang dan kawasan Tanjung Jaya. Ada ratusan petani yang menggantungkan hidupnya dari sawah yang ada disini dan sejak alih status kemudian adanya pengalihan aliran air Sungai Bengkulu ke Danau Dendam yang diduga kepentingan pihak pengembang perumahan di Bengkulu, sehingga akibat adanya perubahan aliran air itu, debit air DDTS menjadi mengecil hingga tidak mampu lagi mengairi kawasan persawahan yang ada,” ungkap Heri saat di pondok sawahnya bersama anggota Komisi I DPRD Provinsi Bengkulu Sefty Yuslinah S. Sos, M. AP bersama rombongan HKTI Kota dan Sekjen DPD HKTI Provinsi Bengkulu usai panen Labu Madu dikebun sawah milik Heri, Sabtu (26/3).
Diceritakan oleh Heri. Sebenarnya dia sebagai salah seorang petani dikawasan DDTS ini mendukung rencana penataan kawasan DDTS menjadi objek destinasi wisata namun hendaknya jangan sampai mempengaruhi debit air yang mengairi sawah petani, “Kami berharap dengan kehadiran Ibu Sefty bersama HKTI maka apa yang menjadi keluhan petani bisa sampai pada Gubernur dan dapat dicarikan solusi agar sawah kami yang merupakan sawah irigasi ini bisa teraliri air lagi. Kami sudah pernah mengusulkan untuk kebutuhan sumur bor guna mengairi sawah. Tapi karena sawah kami ini bukan sawah tadah hujan sehingga pemerintah tidak akan mengakomodir untuk usulan sumur bor. Sebab kita ini persawahan irigasi air. Padahal kami, saya dengan mengajak beberapa anak muda petani disini kami sudah memulai, dengan membuat kebun Labu Madu,kemudian juga ada Kebun Semangka yang sebenarnya bisa berpotensi menjadi kawasan agro wisata,” pungkasnya.
Ditambahkan oleh salah seorang tokoh petani Panorama Mustafa atau sering dipanggil Do Buyung, saat ini tidak hujan dua hari saja, beberapa kawasan persawahan di Panorama mulai kering kerontang bahkan kalau dua hari lagi tidak juga hujan maka padi yang baru ditanam akan gagal tumbuh dan mati, “Kalau dua hari lagi gak juga hujan, maka padi yang baru kami tanam dipastikan akan mati. Sekarang saja sawahnya sudah kering kerontang. Kemudian ada juga siring yang dari Danau itu sudah tertutup sampah yang sangat banyak. Hingga sedikit menyumbat distribusi air ke areal persawahan,” tambah Do Buyung.
Menanggapi persoalan petani Dusun Besar. Politisi perempuan PKS Sefty Yuslinah juga merasa cukup kaget, karena setahu dia sejak dulu memang Danau Dendam ini salah satu fungsinya sebagai sumber air kawasan persawahan, “Jadi dengan adanya perubahan status DDTS ini dari CA menjadi TWA hendaknya tidak mengorbankan ratusan petani yang menggantung periuk nasi nya disini. Sebab setahu saya, sejak dulu meskipun kemarau sawah disini akan terus panen. Namun saya baru tahu kalau sekarang ternyata sudah berubah, karena debit air Danau yang semakin kecil dan mengakibatkan ratusan petani kita disini menjadi kesulitan. Persoalan ini, hendaknya segera disampaikan kepada pemerintah daerah dan segera ditindaklanjuti. Jangan sampai petani kita gagal tanam, dan kawasan persawahan DDTS ini sangat luas serta indah, jika mampu dimaksimalkan maka akan berpotensi jadi destinasi wisata agro yang sangat bagus dan lokasinya ditengah kota,” tegas Sefty Yuslinah.
Ditambahkan oleh Ketua DPC HKTI Kota Bengkulu Supratman S. Sos, M. Si yang didamping Sekretaris DPC Dian Marfani S. Kom dia menegaskan bahwa kawasan persawahan petani Kota Bengkulu ini wajib diselamatkan, “Untuk mendukung kedaulatan pangan kita, maka kawasan pertanian harus dipertahankan, bahkan ditambah. Bukan malah kawasan pertanian ini berkurang setiap tahunnya. Jika persoalan ini tidak segera diatasi, maka surga dibalik Danau Dendam ini lambat laun terancam hilang. Kami DPC bersama DPD HKTI Provinsi akan menyampaikan persoalan petani ini kepada Gubernur Rohidin secepatnya,” tambah Ketua DPC yang akrab dipanggil Iwan tersebut.
Sementara itu dari Sekjen DPD HKTI Provinsi Bengkulu Zulfadli Manan dia mengatakan, ternyata inti pertama petani disini adalah debit air, “Sebab itu, DPD dan DPC HKTI akan mempelajari dan memperjuangkan aspirasi yang jadi keluhan petani. Secepatnya kita HKTI Provinsi akan mengagendakan untuk audiensi dengan Gubernur Bengkulu guna mengatasi persoalan ini,” tutup Fadli. (**)