Bengkulu – Langkanya minyak goreng (Migor) yang menjadi keluhan masyarakat, khususnya di Provinsi Bengkulu saat ini disinyalir akibat kurangnya pasokan dari produsen. Ini setelah Komisi II bersama Wakil Ketua III DPRD Provinsi Bengkulu, Hj. Erna Sari Dewi, SE melakukan inspeksi mendadak (Sidak) ke sejumlah distributor dan agen minyak goreng, Selasa (8/3).
Anggota Komisi II DPRD Provinsi Bengkulu, H. Sujono, SP, M.Si mengatakan, dalam sidak tadi (kemarin, red) pihaknya bersama Dinas Perindag provinsi dan Satuan Tugas (Satgas) Pangan. “Dari sidak itulah untuk sementara ini kita menduga kelangkaan minyak goreng merupakan akibat berkurangnya pasokan dari produsen kepada para distributor,” ungkap Sujono.
Menurutnya, berdasarkan pengakuan dari distributor minyak goreng merek Rose Brand, pengurangan pasokan itu sudah terjadi beberapa waktu terakhir. Yang mana biasanya dalam sepekan mereka itu dikirimkan hingga enam truk minyak goreng dari produsen, tapi saat ini hanya satu truk saja lagi. Hanya saja penyebab pengurangan pasokan itu, distributor tidak tahu pasti.
“Namun pengurangan pasokan itu berbanding terbalik dengan distributor minyak goreng merek SunCo, dimana pasokan mereka malah meningkat dari produsen yang saat ini mencapai 1.700 dus dalam sepekan. Tapi peningkatan itu belum mampu menutupi pengurangan pasokan pada distributor minyak goreng merek Rose Brand,” kata Sujono.
Dilanjutkannya, saat sidak tadi gudang milik distributor minyak goreng Rose Brand dalam keadaan kosong, sedangkan merek SunCo masih ada dan hari ini mulai didistribusikan ke Alfamart dan Hypermart. “Selain sidak ke distributor, kita juga sidak ke agen yang mengisi warung-warung dan pedagang di pasar. Disana juga mengalami kekosongan akibat pasokan yang berkurang,” ujarnya.
Tak jauh berbeda juga disampaikan Ketua Komisi II DPRD Provinsi Bengkulu, Herizal Apriansyah, S.Sos. Ia menambahkan, bisa jadi pengurangan pasokan dari produsen itu, karena disebabkan produsen juga mengurangi kuota produksi. “Bisa jadi kondisi ini lantaran naiknya harga bahan baku, dimana sama-sama kita ketahun harga TBS sawit naik dan otomatis CPO pun naik,” sampainya.
Lebih jauh dikatakannya, yang jelas saat sidak tidak ditemukan indikasi penimbunan, terutama pada tingkat distributor dan agen. Meskipun demikian langkah-langkah kedepan harus tetap diambil untuk menyikapi masalah ini. “Karena ini terjadi secara nasional, kita berharap produksi minyak goreng dapat ditingkatkan. Kemudian pengawasan dari agen ke pedagang-pedagang harus diperketat,” demikian Herizal. (09/Adv)