Alaku
Alaku
Daerah  

Sempat Menjadi Pusat “Perbelanjaan” Kota Bengkulu, Cerita Kawasan Suprapto Yang Kian Sepi Pengunjung

Cloud Hosting Indonesia

Bengkulu – Berada di tengah-tengah kota Bengkulu, kawasan Jalan Suprapto memiliki kejayaan pada era 90 hingga 2000an dengan menjadi salah satu Aktivitas Pusat Pebelanjaan Masyarakat Kota Bengkulu.

Namun, itu berlaku pada era 90 hingga 2000an. Era sekarang, masyarakat lebih condang melakukan aktivitas Perbelanjaan di Mall besar Kota Bengkulu seperti di Bencolen Indah Mall.

Selain di Bencolen Indah Mall, era Globalisasi yang tinggi di masýarakat mempengaruhi kemudahan dalam bèrtŕansaksi jual-beli tanpa perlu datang ke lokasi.

Tak ayal, dengan hadirnya mall dan perkembangan era globalisasi sekarang, kawasan Suprapto yang memiliki kejayaan pada erà 90 hingga 2000 bak hilang ditinggal pengunjung.

Seperti cerita salah satu pedagang Mie Ayam Kaki lima yang sehari hari berjualan di jalan Suprapto Parno (57), kawasan jalan Sùprapto saat ini berbeda dari tahun 90 hingga 2000an dulu.

“Dulu disini ada pedagang kaset (Hawai). Sekarang orang jual kaset aja gak ada, terus ruko ruko uda banyak tutup sepèrti toko pelangi kan uda gak ada. Dulu ramai disini kalu sekarang seperti saya bedagang aja kadang rami kadang sepi” Ujar Parno

Selain parno, Cerita Pedagang Jeruk yang berjualan di persimpangan KZ Abidin I dan Suprapto mengatakan, saat ini ruko yang tutup ini juga diakibatkan kurangnya pengunjung di kawasan tersebut.

“Ruko ini uda banyak tutup karena apa sepinýa pengunjung, bahkan ada info juga saya lihat di media katanya PTM Mega Mall dijual benar atau tidaknya saya juga gak tau, tapi kawasan suprapto sekarang emang uda sepi beda kayak dulu” Kata Ucok

Menanggapi hal tersebut Wakil Ketua Komisi II DPRD Provinsi Bengkulu Suimi Fales mengatakan, sepinya kawasan Suprapto saat ini harus dijadikan masalah serius bagì pemerintah agar ruko ruko yang ada ini tidak tutup seperti yang lain.

“Kalu ruko jualan disana banyak tutup, artinya ada beberapa masalah apa itu karena sepi pengunjung, atau kurangnya daya tarik. Na ini perlu pemerintah harus mengambil langkah serius, apa lagi para pedagang yang jualan di ruko suprapto ini kan bergantung hidup dari jualan mereka” Tùtup Suimi. (Tedy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *